Posted by : Toke Balap
Minggu, 26 April 2020
bermitos-Hantu pocong di bumi perkemahanHari libur telah tiba, liburan di akhir tahun yang telah lama ditunggu-tunggu. Bejo, Udin, Marwan, Openg, dan Popon memutuskan untuk berkemah sekaligus mengisi waktu libur mereka.
Ketika tiba di bumi perkemahan, suasana dingin dan berkabut menghiasi senja yang kian menyingsing. Mereka berlima terlambat datang ke sana, seharusnya mereka datang pada sore hari sebelum petang.
“Uhh, aku kok tiba-tiba merinding, ya?” keluh Openg seusai mendirikan tenda bersama kawan-kawannya.
“Halah! Cuma perasaanmu saja, Peng, sudahlah ayo kita makan dulu,” ungkap Popon sambil menghela nafasnya.
Waktu makan malam pun tiba, Bejo, Marwan, Openg, dan Popon mulai memasak mie instan dengan api dari tungku yang mereka buat.
“Lho, mana si Udin?” tanya Popon kepada ketiga kawannya. Bahkan, diantara mereka berempat tidak ada yang menyebutkan keberadaan Udin. Mereka semua menggelengkan kepala sembari menikmati makanannya masing-masing sembari menunggu Udin kembali.
“Mungkin nanti dia ke sini, dia sedang buang air di sungai dekat sini,” ujar Bejo sembari mengunyah sisa makanan yang masih ada pada mulutnya.
Tiba-tiba …
Sreek…. sreek… sreek….
“Hey, siapa itu?!” seru Openg dengan nada yang penasaran.
Bejo, Marwan, Popon, dan Openg menoleh kearah semak sumber suara aneh itu. Tiba-tiba, wangi minyak jelantahpun muncul dari balik semak belukar itu.
“Astaga! Bau macam apa ini.” Spontan mereka berempat langsung menutup hidung dan berdekatan satu sama lain.
Kemudian dari arah tenda, muncul sesosok berbalut kain putih keluar dari tenda mereka. Sosok tersebut melompat-lompat dan mendekat ke arah Bejo, Marwan, Popon, dan Openg. Sontak saja mereka berempat langsung berpelukan erat satu sama lain di dekat perapian.
“A… Ampun, mbah! Jangan ganggu kami,” cicit Marwan ketakutan hingga suaranya terbata-bata. Sementara yang lainnya masih bermunajat dan berdoa agar sosok itu pergi.
Huaaa!!!!
“Hmmm… hmmm… tolong.” Ada suara gumaman dari balik balutan kain putih itu.
Astaga, ternyata itu adalah Udin! Ia terbungkus sleeping bag miliknya sendiri yang berwarna putih, hingga ia tak bisa berjalan dan akhirnya melompat-lompat tak karuan.
“Astaga, jadi kamu adalah Udin! Ah, kamu kerjaannya nakut-nakuti orang saja!” sahut Bejo yang geregetan dan keheranan dengan kondisi Udin tersebut. Udin pun dibantu melepaskan diri dari sleeping bag yang membalut dirinya sendiri.
Udin kini menjadi bulan-bulanan kawan-kawannya sendiri karena ulahnya yang usil, namun juga menakutkan dalam situasi malam yang sunyi. “Heyy, ngapain kamu tadi nggak ikut makan sama kita semua?” tanya Openg kepada Udin dengan gemas.
“Heyy.. maaf. Aku setelah dari sungai ngantuk dan ingin langsung tidur saja, eh ternyata aku terikat oleh sleeping bag punyaku sendiri,” ungkap Udin sambil memegangi kepalanya.
“Hayoo… jangan-jangan kamu ya yang membuat suara di semak-semak itu dan menyebarkan wangi minyak jelantah kan?” sahut Marwan dengan pertanyaan yang mengarah kepada Udin.
“Sumpah teman-teman, bukan aku,” Udin kian kelimpungan menanggapi pertanyaan kawan-kawannya tersebut.
“Tapi, bukannya kamu juga membawa parfum juga, Din?” tanya Popon curiga.
“Parfumku masih tertutup rapat dan tidak berbahan minyak jelantah!” jawab Udin.
Lhooo….
.