Posted by : Toke Balap Sabtu, 16 Mei 2020


aku biasa dipanggil Lia, cerita belum kenalan ini sebenernya udah lama banget sejak aku masih kuliah tingkat akhir di sebuah akbid swasta.

Awalnya aku ga terlalu percaya sama hal kaya gitu, walaupun pasti ada. Tapi selama kita ga bermaksud mengganggu ya ga akan di ganggu kan. Pemikiran ini yang bikin aku berani walaupun harus kesana kemari saat shift malam.

Singkat cerita, kejadian ini aku alami pas PKK 1 di sebuah Puskesmas di kabupaten (tempatnya ga bisa aku sebutin). Saat itu kurang lebih jam 00:30, ada yg ketuk ketuk pintu poned (tempat bersalin di puskes).

Seketika bangunlah aku, ku buka sedikit hordeng di samping pintu dan benar pasien yang akan melahirkan didampingi suaminya. Segera aku buka pintu samping yang memang khusus untuk keluar masuk pasien malam hari.

Saat itu pasien tidak membawa perlengkapan kebutuhan melahirkan sama sekali, buku pemeriksaan juga tidak. Seingat ku, aku habis cek pasien ini minggu lalu. Akhirnya aku dan teman ku disuruh cari biodata pasien di ruang periksa di bangunan sebelah dan suami pasien pulang untuk mengambil perlengkapan.

Ruang bersalin dan ruang pemeriksaan umum memang terpisah bangunannya. Pintu masuk ruang pemeriksaan umum selalu di kunci saat pelayanan sudah selesai sampai pelayanan esok harinya. Jadi kalau ingin mencari data pasien malam hari kita harus melewati UGD yg pintunya terhubung ke ruang pemeriksaan.

Saat itu dalam keadaan terburu-buru aku dan teman ku langsung masuk UGD dan ke ruang pelayanan bermodalkan senter smathphone yang kubawa. Saat masuk UGD aku melihat isi ruangan yang sepi bersih tapi kurang mengenakkan.

Ada sebuah bed yang disamping kirinya ada troley yang masih ada gelas berisi sedotan di dalamnya. Kupikir saat itu ‘aah sepertinya habis ada pasien tadi’. Dan pintu untuk ke ruang pelayanan ada di kiri troley yang pada saat itu jelas posisi meja tidak menghalangi pintu sama sekali (pintu dibuka kearah dalam UGD).

Di ruang pemeriksaan kehamilan membutuhkan beberapa menit untuk mencari data karena hanya nama pasien yang kami ketahui.

Setelah ketemu dan saat akan melewati UGD, aku berjalan di belakang teman ku, saat teman ku membuka pintu.

“Li pintunya kekunci, liat tuh ga bisa” sambil dibuka dan di dorong olehnya.

“Masa sih kita kekunci? Tadi yang aku buka pintu ini kan?” Aku masih tidak percaya disaat kritis begini ada yang bercanda dengan mengunci kita.

Walaupun tidak mungkin karena posisinya tengah malam. Ada rasa cemas dan emosi saat itu namun ketenangan ku lebih mendominasi. Sempat berpikir kemungkinan ada pasien, tapi tidak ada suara apapun dari dalam.

Aku coba buka pintunya saat itu yang hanya terbuka sedikit yang memang tidak dikunci, aku intip sedikit ke celah pintu “ga dikunci kok, nih kebuka sedikit, eeh itu deng keganjel meja, mejanya ada di tengah pintu” jelas ku sambil berusaha berpikir logis.

Kudorong keras pintunya agar meja troleynya bergeser, saat sudah bisa dibuka dan masuk, kukembalikan mejanya ke posisi ‘semula’. Sambil jalan kembali ke ruang bersalin aku memutar otak untuk memikirkan hal logis yang mungkin terjadi.

Pertama jelas-jelas aku ingat posisi meja ada disamping bed yang tidak menganggu aktifitas buka tutup pintu sama sekali.

Kedua saat mengembalikan meja ke posisi ‘semula’ aku lihat tidak ada kemiringan lantai yang membuat troley itu bisa berpindah tempat.



Ketiga mengembalikan ke posisi ‘semula’ otomatis dia sudah berpindah dari posisi awalnya bukan?

Bisakah kebetulan langsung berada di tengah pintu kalau tidak ada orang? Dan saat aku memindahkan troley tersebut, cukup membuat suara berisik yang pasti terdengar sampai ruang periksa tempat aku mencari data, tapi saat mencari data aku tidak mendengar suara apapun, hanya hening dan suara membuka berkas.

Kembalilah kami ke ruang bersalin sampai semua proses persalinan selesai suami pasien belum kembali. Pasien belum bisa dipindahkan ke ruang perawatan karena masih dalam tahap observasi. Aku masih menulis laporan sesekali memantau kondisi pasien karena khawatir tidak ada pendamping pasien.

Teman ku takut ke ruang bersalin karena melihat bayangan hitam masuk ke ruang itu. Kekhawatiran ku lebih ke hal yang tidak logis karena kejadian di UGD tadi dan pasien dalam keadaan habis bersalin dimana istilah tradisionalnya ‘masih wangi’ ditambah dengan pernyataan teman ku.
Aku hanya mencoba memberanikan diri padahal saat masuk ruangan itu pun aku takut sekali. Sekitar 3:30 suami pasien baru kembali membawa perlengkapan dan aku minta untuk jaga istrinya di ruang bersalin.

Beberapa hari kemudian, kami sedang dinas siang dengan bidan yang masih berumur muda. Saat itu entah kenapa tiba-tiba kami membahas cerita horor puskes tersebut.

Bertanyalah aku ke bidan tersebut. “Ka kalau malam, UGD ada yang jaga?”

“Ada kok di ruang perawat” jawabnya. .

“Kalo OB ada yang jaga malam?”

“Setau kakak enggak, biasanya OB sampai sore aja” .

“Ohh..” sambil berfikir.

“Oh iya ka, troley di UGD suka pidah sendiri gitu? Misalnya lantainya miring jadi pindah tempat”

“Engga ah, tapi kurang tau juga kan kakak gak dinas di UGD. Kamu kenapa sih tanya UGD melulu?”

Ceritalah aku kronologis dari awal yang mendapat kesimpulan dari kak bidan.

“Ohhhh gitu, cuma mau kenalan aja itu mah, kamu udah sebulan belum kenalan kan? Anak yang praktik disini sebagian besar sudah” .

Langsung merinding aku saat itu. “Oh iya jangan lupa salam kalo masuk masuk ruangan, inshaallah baik-baik aja.

Baru ingat kalau malam itu aku lupa mengucap salam, karena menurut ku tidak ada orang.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Mitos dan cerita seram - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -