Posted by : Toke Balap
Senin, 04 Mei 2020
Bermitos-Penumpan tak kasat mata
Saat itu aku sudah selesai mengantarkan penumpang di daerah Cilandak kemudian berniat untuk pulang. Tapi di tengah jalan, terlihat seorang anak laki-laki memakai hoodies, celana jeans, dan membawa ransel. Anak itu lalu melambaikan tangan memintaku berhenti.
Aku berhenti dan membuka kaca jendela, “Mau ke mana, Dik?”
Anak itu mendekati jendela, “Depok Bang, daerah Beji.”
Kebetulan sekali, sebab rumahku tidak jauh dari daerah tujuan anak itu. Karena itu kuputuskan untuk mengantarkannya lalu kusuruh ia masuk. Anak itu kemudian masuk dan duduk di kursi belakang.
Kondisi jalanan pada saat itu sudah hampir sepi, jadi perjalanan kami lancar tanpa hambatan. Sesekali kulihat anak itu lewat spion belakang, ia hanya diam saja melihat jendela.
Kucoba membuka obrolah dengan anak itu, “Habis dari mana, Dik?”
“Les,” jawab anak itu. Wajahnya tetap memandang jendela.
“Ooh, kelas berapa?” tanyaku lagi.
“Kelas tiga SMP,” jawabnya padaku.
Akhirnya aku memutuskan diam hingga memasuki daerah Beji, aku bertanya, “Bejinya di mana?”
“Palem.”
Aku kemudian mengemudikan kendaraanku mengikuti arahan anak itu. Hingga akhirnya kami masuk ke sebuah perumahan di Jl. Palem. Aku mengemudikan mobilku pelan-pelan lalu bertanya pada anak itu, “Di mana rumahnya?”
“Ia menjawab, nanti di ujung belok kiri bang,” jawabnya. “Rumah kedua di sebelah kanan,” tambah anak itu.
Kuikuti arahan itu kemudian sampai di sebuah rumah bertingkat. Kuhentikan mobilku di depan rumah, mematikan argo taksi, lalu kunyalakan lampu mobilku. Tidak ada suara dari anak itu, akhirnya aku menengok ke belakang lalu menyadari bahwa tidak ada orang.
Aku mulai merasakan ada hal yang aneh, “Apa anak itu udah turun? Kok tidak ada suara?”
Tiba-tiba, kaca mobilku diketuk oleh seorang ibu-ibu. Aku kaget, lalu membuka kaca jendela mobilku.
“Pak, berapa ongkosnya?” tanya ibu itu.
“Empat puluh lima ribu.” Jawabku, masih kaget dengan kejadian ini. “Anaknya kemana bu?”
“Anak saya sudah meninggal tahun lalu memang kadang-kadang pulang ke rumah, makasih ya pak udah di anterin,” ibu itu menyodorkan uang padaku.