Posted by : Toke Balap
Minggu, 31 Mei 2020
BERMITOS-DIKUNJUNGI OLEH PERAWAT BELANDA
Beberapa hari yang lalu aku masuk rumah sakit dan harus rawat inap karena terkena demam berdarah.
Aku inap di kamar dengan kapasitas 3 ranjang. Saat pertama aku dirawat, di sebelahku ada pasien lainnya juga jadi terdapat 2 pasien dalam ruangan itu.
Dan beruntungnya aku, keluargaku jarang menemaniku di rumah sakit karena mereka harus kerja. Biasanya malam hari mereka menemaniku namun tidak sering.
Hari kedua aku dirawat, pasien sebelahku pamit pulang karena sudah diperbolehkan pulang. Nah! Tinggal aku sendiri dalam ruangan itu.
Saat itu sih aku tidak mengalami hal-hal yang aneh. Cuma kalau suara-suara sih ya ada, seperti suara bunyi-bunyi aneh ata suara orang melangkah.
Namun aku tidak berpikir yang aneh-aneh dan menganggap itu semua memang suara orang beneran.
Namun ketika hari keempat, aku mulai merasa baikan. Trombositku juga meningkat dengan cepat.
Pada malam itu, kebetulan saudaraku tidak ada yang menemani karena ada yang kerja malam dan yang lainnya memang tidak bisa menemani.
Aku tidak tahu pasti jam berapa saat itu. aku merasa keadaan menjadi hening dan sangat sepi. Suasana dingin mulai bertiup hingga menembus selimut yang aku pakai.
“klok..klok…klok….” terdengar langkah kaki seseorang yang memecah keheningan malam itu.
“klok..klok…klok….” suara langkah itu semakin lama semaki terdengar jelas menuju ke ruanganku.
“krek..ngeeeekk” suara pintu ruangan yang dibuka.
Aku yang belum tidur segera menoleh ke arah pintu masuk ruangan. Dan samar-samar aku melihat seorang perawat berdiri di depan pintu.
Perawat itu tinggi tegap dengan potongan rambut ikal pendek. Bajunya sangat putih bersih dan jika terkena cahaya terang mungkin akan membuat mata menjadi silau.
Seketika ruangan menjadi wangi. Sulit menuliskan seperti apa wanginya, namun yang jelas bukan wangi melati.
Aku mencoba melihat perawat itu dengan lebih fokus, dan tampak ia berbeda dari perawat yang lainnya. Rambutnya berwarna pirang.
Perawat itu tersenyum padaku, dan tanpa sadar akupun tersenyum padanya.
Ia datang menghampiriku. Suasana lebih terasa dingin dan lebih tajam bau wangi-wangian itu.
“Besok bapak sudah boleh pulang kan?” tanya perawat itu.
“Saya belum tahu sus, dokternya tadi gak bilang apa-apa” jawabku yang memang belum tahu.
“Iya besok dokternya akan infokan kok” jawabnya dengan logat yang kaku.
Aku pun hanya tersenyum dan bersyukur dalam hati kalau memang besok sudah boleh pulang.
Perawat itu menatapku tajam sambil tersenyum. Aku yang “GeeR” di tatap seperti itu hanya bisa tersipu malu sambil cengengesan. Kalau tidak sakit mungkin aku sudah salto-salto karena “GeeR”.
Tapi ada sesuatu dalam hatiku yang membuat diriku penasaran dengan sosok perawat itu. Aku juga tidak menyangka akan dikunjungi oleh perawat belanda atau perawat asing itu.
“Kita pindah ruangan ya pak”ujar perawat itu.
“Oh iya sus” jawabku dengan polos dan sangat percaya.
Iya pun melepas rem roda ranjangku dan membawa infus serta mendorong ranjangku keluar ruangan.
Ketika mendorong ranjangku, perawat itu tidak melihat jalan melainkan terus menatapku sambil tersenyum.
Aku jadi semakin “GeeR” dan lagi-lagi cuma bisa tersenyum malu.
Dan Eng..Ing..Eng… aku mulai merasa aneh. Jalan yang aku lalui mulai remang-remang alias kurang terang. Suasana pun sangat sepi.
“Mau di bawa kemana hubungan ini eh diriku ini maksudnya. Tapi aku tetap diam dan percaya sama perawat belanda itu.
“Ciiittt” perawat itu menghentikan laju ranjangku.
“Tunggu di sini dulu ya pak” ujar perawat itu sambil berlalu tanpa lupa tetap tersenyum padaku.
Perawat itu pun masuk ke sebuah ruangan yang ada di samping kanan atas kepalaku. Aku hanya bisa diam terbaring sambil melihat bagian langi-langit rumah sakit yang terdapat beberapa cicak.
Kurang lebih 15 menit aku disitu tetapi perawat itu tidak kembali. Aku juga melihat kiri kanan tetapi sangat sepi sekali.
Aku coba melihat ke arah ruangan perawat tadi masuk. Dan tahukah anda apa yang aku lihat?
Aku melihat sebuah tulisan yang sangat menyayat hatiku. Kurang lebih tulisannya adalah “Kamar Mayat”.
Sontak aku shock setengah mati. “Tolooooooong….Tolooooong” aku berteriak-teriak tetapi tidak ada yang datang.
Karena takut udah diujung kepala, akupun memaksa diri untuk bangun dan turun dari ranjang. Tangan kiri memegang tiang infus dan tangan kanan mendorong ranjang (aku juga tidak tahu kenapa aku mau menyelamatkan ranjang itu).
Aku berjalan mendorong ranjang sambil teriak-teriak “tolooooong….”.
Seketika itu ada seorang perawat yang menghampiriku, aku sempat shock juga melihat perawat itu. namun setelah aku perhatikan rambutnya tidak pirang aku jadi lega.
Aku berusaha menceritakan semua kejadian yang aku alami. Dan perawat itu mengaku kalau dirumah sakit itu semua karyawan hingga pemiliknya pun asli orang indonesia bukan orang asing.
Percaya atau tidak, aku sangat sadar dan bukan mimpi saat dipindahkan tadi. Dan keesokan harinya dokter memperbolehkan aku untuk pulang namun masih rawat jalan.